HOME

Jumat, 13 Mei 2016

PERJALANANKU SAMPAI NEGERI MESIR #5





Oleh : Abu Yusuf  Akhmad Ja’far

(Mahasiswa Fakultas Syari’ah Islamiyah Univ. Al-Azhar, Kairo - Mesir)


Tak Ada Kata Putus Asa dalam Belajar
     Perasaan sedih, letih, galau, gunda dan gulana meliputi perasaanku kala itu, entah karena kegagalanku untuk kuliah di LIPIA atau karena nasibku yang belum jelas di tengah keramaian Ibukota.
     Tidak bisa kutahan kakiku saat itu, otomatis setelah beberapa jam pengumuman itu keluar dan saya dinyatakan belum beruntung/tidak lulus ,  saya meninggalkan kota Jakarta menuju kota Bogor, hitung-hitung menyendiri dan intropeksi diri.
     Setelah 2 jam perjalanan menggunakan comuter line jabodetabek, kaki ini kembali berada di kota Bogor untuk ketiga kalinya, kini saya hanya sendiri di lantai masjid, memikul beban yang sangat berat, menambahi beban orang tua, lidahku kelu untuk berbicara saat itu, ingin rasanya menjerit, tapi apalah daya. Hanya suara lirih bersimpuh di hadapan Allah Ta’ala yang membuat hati ini menjadi tenang.
    
Ada beberapa teman-teman di Bogor yang memberi motivasi untuk saya, agar tetap tegar dan semangat dalam menuntut ilmu, karena ilmu bukan hanya di Lembaga tertentu saja. Kebetulan saya menemukan buku tentang motivasi dalam menuntut ilmu, kalau tidak salah ingat bahwa buku itu karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah yang sudah diterjemahkan. Buku itu sangat tebal, ratusan halaman. Belum terbiasa saya membaca buku setebal itu, akan tetapi perasaan saya sangat berhasrat untuk menyelesaikan buku itu pada waktu itu juga. Hampir semua isi buku itu terbaca, kecuali beberapa bab saja yang terlewati.
     Semangatku membara saat itu, seperti ikan yang sangat butuh dengan air. Haus akan ilmu agama dan bahasa arab, sudah tidak sabar rasanya ingin menelurusi jejak ilmu para ulama’ , mengemban warisan para Nabi, membaca dan menikmati tulisan-tulisan mereka dengan bahasa Arab, tentunya agar kebodohan yang selama ini ada pada diriku akan semakin baik, menerapkannya dalam sendi-sendi kehidupan.
     Sambil menunggu waktu test di L-SIA ( Lembaga Studi Islam dan Bahasa Arab) yang akan dilaksanakan pada hari Senin, 08 September 2014. Saya menghabiskan waktu disana dengan sesuatu yang positif, lebih banyak menghayal tentang pelajaran Bahasa Arab.
      Di L-SIA sistem pendaftarannya sangat simple, hanya melalui sms. Tidak begitu rumit seperti yang sebelumnya di Jakarta. Tentunya saya sudah daftar jauh-jauh hari sebelum waktu test di LIPIA. Dan sudah mendapatkan verifikasi dan nomer pendaftaran. Penyerahan berkas dilakukan saat dinyatakan sudah diterima.
     L-SIA awalnya terletak di Bogor selama 10 tahun, tepatnya di dekat tempatku singga sekarang ini ( wilayah Pemda Bogor), akan tetapi untuk saat ini telah berpindah tempat di Bekasi sekitar wilayah Jati Asih, bergabung dengan Pondok Tahfizh Darussalam. Hanya berjalan 1 tahun tempatnya berpindah lagi ke wilayah Tambun Selatan, di wilayah Pusdiklat Dewan Dakwah Islamiyah / STDI Mohammad Natsir.
     Waktu yang ditunggu itupun datang. Hari Sabtu, 06 September 2014 saya memutuskan untuk berangkat ke Bekasi. Alamat sudah ku dapat dari salah seorang ustad yang mengurusi pendaftaran, rute jalan tidak terlalu rumit, dari Stasiun Bekasi – Naik Elept tujuan Cikarang – Turun di depan Mall Naga Swalayan – Berjalan menyusuri kampung sekitar 10 menit – Sampai.
     Saya berangkat sendirian, membulatkan tekat, untuk meraih mimpi, pantang menyerah, menuju masa depan yang cerah. Di awali dengan bismillah , mulai ku ikuti rute yang ada, dengan modal nekat dan selalu bertanya kepada orang, meskipun sempat terseok-seok di tengah perjalan, akhirnya sampai juga.
     Wilayah yang sangat asing bagiku, saya sempat kebingungan mencari tempat masuk ke Gedung tersebut, lelah kurasakan saat itu, barang bawaan yang lumayan berat, optimis saat itu untuk bisa di terima di L-SIA. Beberapa waktu saya menunggu, saya menyempatkan diri untuk makan di wrteg dekat gedung itu, tiba-tiba ada seorang dari dalam gedung menghampiri dan bertanya akan kemanakan diriku ini ? dan saya langsung menjawab, akan mengikuti test di L-SIA. Dan kebetulan Dia juga akan mengikuti test, akhirnya saya diantar menuju tempat penginapan.
     Wajah-wajah asing bagiku di tempat penginapan itu, mulailah saya saling berkenalan dengan mereka satu-persatu, dan ternyata banyak dari mereka tidak diterima di LIPIA, Betapa indah rencana Allah dalam menghibur hambanya.
     Hari Senin, 08 September 2014 adalah waktu test di L-SIA, Soal ujian tidak jauh beda dengan soal yang di LIPIA, akan tetapi kali ini soalnya agak mudah, meskipun ada sebagian soal yang tidak bisa saya jawab. Waktu test hanya 2 jam, terasa cepat sekali. Selesai sudah test pada waktu itu, hanya tinggal menunggu pengumuman yang akan di umumkan besoknya melalui sms.
     Masih di wilayah Pusdiklat Dewan Dakwah selama beberapa hari, berharap bisa bertahan disini, setelah 1x24 jam pengumuman muncul, dengan ditandai berderingnya hpku saat itu. Saya dinyatakan lulus untuk belajar di L-SIA selama 1 tahun kedepan, rasa gembira, terharu dan bahagia ku rasakan, akhirnya saya bisa kuliah, meskipun bukan ditempat yang saya harapkan sebelumnya. Mungkin ini pilihan Allah, pasti ada rencana yang indah setelah ini, ujarku dalam keheningan.
     Hari Rabu, 09 September 2014 adalah kuliah perdanaku , dimulai dengan arahan-arahan yang disampaikan oleh Mudir L-SIA, Ust. Syarif Mahya Lubis, MA. , Beliau menjelaskan panjang lebar bagaimana sistem pendidikan, peraturan dan ketentuan-ketentuan yang lain. Kemudian di lanjutkan oleh Mudir Pesantren Mahasiswa STID Mohammad Natsir, Ust. Ujang Habibi, MPd.I , Beliau menjelaskan berbagai macam peraturan yang akan diterapkan di Asrama dan wilayah Pusdiklat Dewan Dakwah Islamiyah  pada umumnya. Usailah kuliah perdana saat itu, dan saya mulai berpindah tempat, yang semula di tempat penginapan dan saat ini harus menempati tempat baru yaitu Asrama Mahasiswa.
     Jadi di tempatku kuliah tercampur dua Lembaga perkuliahan, STID Mohammad Natsir dan L-SIA, Karena L-SIA belum mempunyai gedung sendiri jadi untuk sementara ini masih berpindah-pindah tempat, untuk saat ini L-SIA melakukan kerja sama dengan STID Mohammad Natsir, denger-denger sih selama 2 tahun. Tapi belum tahu pastinya, karena itu urusan kelembagaan, jadi mahasiswa tidak ikut-ikutan.
     Pendidikan di L-SIA hanya di tempuh selama 1 tahun, dengan muqorror kitab silsilah al-arabiyah 1-4 , muqorror ini juga dipakai di LIPIA yang ditempuh selama 2 tahun.
Bagaimana langkah-langkahku dalam belajar bahasa arab dengan waktu yang cukup singkat? Simak kisah berikutnya.
Bersambung......

0 komentar:

Posting Komentar