Oleh : Abu Yusuf Akhmad Ja’far
(Mahasiswa Fakultas Syari’ah
Islamiyah Univ. Al-Azhar, Kairo - Mesir)
Tak Ada Kata Putus Asa dalam Belajar
Perasaan sedih, letih,
galau, gunda dan gulana meliputi perasaanku kala itu, entah karena kegagalanku
untuk kuliah di LIPIA atau karena nasibku yang belum jelas di tengah keramaian
Ibukota.
Tidak bisa kutahan kakiku
saat itu, otomatis setelah beberapa jam pengumuman itu keluar dan saya
dinyatakan belum beruntung/tidak lulus ,
saya meninggalkan kota Jakarta menuju kota Bogor, hitung-hitung
menyendiri dan intropeksi diri.
Setelah 2 jam perjalanan
menggunakan comuter line jabodetabek, kaki ini kembali berada di kota Bogor
untuk ketiga kalinya, kini saya hanya sendiri di lantai masjid, memikul beban
yang sangat berat, menambahi beban orang tua, lidahku kelu untuk berbicara saat
itu, ingin rasanya menjerit, tapi apalah daya. Hanya suara lirih bersimpuh di
hadapan Allah Ta’ala yang membuat hati ini menjadi tenang.
Ada beberapa teman-teman di Bogor yang memberi motivasi untuk saya, agar tetap tegar dan semangat dalam menuntut ilmu, karena ilmu bukan hanya di Lembaga tertentu saja. Kebetulan saya menemukan buku tentang motivasi dalam menuntut ilmu, kalau tidak salah ingat bahwa buku itu karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah yang sudah diterjemahkan. Buku itu sangat tebal, ratusan halaman. Belum terbiasa saya membaca buku setebal itu, akan tetapi perasaan saya sangat berhasrat untuk menyelesaikan buku itu pada waktu itu juga. Hampir semua isi buku itu terbaca, kecuali beberapa bab saja yang terlewati.
Semangatku membara saat
itu, seperti ikan yang sangat butuh dengan air. Haus akan ilmu agama dan bahasa
arab, sudah tidak sabar rasanya ingin menelurusi jejak ilmu para ulama’ , mengemban
warisan para Nabi, membaca dan menikmati tulisan-tulisan mereka dengan bahasa
Arab, tentunya agar kebodohan yang selama ini ada pada diriku akan semakin
baik, menerapkannya dalam sendi-sendi kehidupan.
Sambil menunggu waktu test di L-SIA ( Lembaga Studi Islam dan
Bahasa Arab) yang akan dilaksanakan pada hari Senin, 08 September 2014. Saya
menghabiskan waktu disana dengan sesuatu yang positif, lebih banyak menghayal
tentang pelajaran Bahasa Arab.
Di L-SIA sistem pendaftarannya sangat simple,
hanya melalui sms. Tidak begitu rumit seperti yang sebelumnya di Jakarta. Tentunya
saya sudah daftar jauh-jauh hari sebelum waktu test di LIPIA. Dan sudah
mendapatkan verifikasi dan nomer pendaftaran. Penyerahan berkas dilakukan saat
dinyatakan sudah diterima.
L-SIA awalnya terletak di
Bogor selama 10 tahun, tepatnya di dekat tempatku singga sekarang ini ( wilayah
Pemda Bogor), akan tetapi untuk saat ini telah berpindah tempat di Bekasi
sekitar wilayah Jati Asih, bergabung dengan Pondok Tahfizh Darussalam. Hanya
berjalan 1 tahun tempatnya berpindah lagi ke wilayah Tambun Selatan, di wilayah
Pusdiklat Dewan Dakwah Islamiyah / STDI Mohammad Natsir.
Waktu yang ditunggu
itupun datang. Hari Sabtu, 06 September 2014 saya memutuskan untuk berangkat ke
Bekasi. Alamat sudah ku dapat dari salah seorang ustad yang mengurusi
pendaftaran, rute jalan tidak terlalu rumit, dari Stasiun Bekasi – Naik Elept
tujuan Cikarang – Turun di depan Mall Naga Swalayan – Berjalan menyusuri
kampung sekitar 10 menit – Sampai.
Saya berangkat sendirian,
membulatkan tekat, untuk meraih mimpi, pantang menyerah, menuju masa depan yang
cerah. Di awali dengan bismillah , mulai ku ikuti rute yang ada, dengan modal
nekat dan selalu bertanya kepada orang, meskipun sempat terseok-seok di tengah
perjalan, akhirnya sampai juga.
Wilayah yang sangat asing
bagiku, saya sempat kebingungan mencari tempat masuk ke Gedung tersebut, lelah
kurasakan saat itu, barang bawaan yang lumayan berat, optimis saat itu untuk
bisa di terima di L-SIA. Beberapa waktu saya menunggu, saya menyempatkan diri
untuk makan di wrteg dekat gedung itu, tiba-tiba ada seorang dari dalam gedung
menghampiri dan bertanya akan kemanakan diriku ini ? dan saya langsung
menjawab, akan mengikuti test di L-SIA. Dan kebetulan Dia juga akan mengikuti
test, akhirnya saya diantar menuju tempat penginapan.
Wajah-wajah asing bagiku
di tempat penginapan itu, mulailah saya saling berkenalan dengan mereka
satu-persatu, dan ternyata banyak dari mereka tidak diterima di LIPIA, Betapa
indah rencana Allah dalam menghibur hambanya.
Hari Senin, 08 September
2014 adalah waktu test di L-SIA, Soal ujian tidak jauh beda dengan soal yang di
LIPIA, akan tetapi kali ini soalnya agak mudah, meskipun ada sebagian soal yang
tidak bisa saya jawab. Waktu test hanya 2 jam, terasa cepat sekali. Selesai sudah
test pada waktu itu, hanya tinggal menunggu pengumuman yang akan di umumkan
besoknya melalui sms.
Masih di wilayah
Pusdiklat Dewan Dakwah selama beberapa hari, berharap bisa bertahan disini,
setelah 1x24 jam pengumuman muncul, dengan ditandai berderingnya hpku saat itu.
Saya dinyatakan lulus untuk belajar di L-SIA selama 1 tahun kedepan, rasa
gembira, terharu dan bahagia ku rasakan, akhirnya saya bisa kuliah, meskipun
bukan ditempat yang saya harapkan sebelumnya. Mungkin ini pilihan Allah, pasti
ada rencana yang indah setelah ini, ujarku dalam keheningan.
Hari Rabu, 09 September
2014 adalah kuliah perdanaku , dimulai dengan arahan-arahan yang disampaikan
oleh Mudir L-SIA, Ust. Syarif Mahya Lubis, MA. , Beliau menjelaskan panjang
lebar bagaimana sistem pendidikan, peraturan dan ketentuan-ketentuan yang lain.
Kemudian di lanjutkan oleh Mudir Pesantren Mahasiswa STID Mohammad Natsir, Ust.
Ujang Habibi, MPd.I , Beliau menjelaskan berbagai macam peraturan yang akan
diterapkan di Asrama dan wilayah Pusdiklat Dewan Dakwah Islamiyah pada umumnya. Usailah kuliah perdana saat itu,
dan saya mulai berpindah tempat, yang semula di tempat penginapan dan saat ini
harus menempati tempat baru yaitu Asrama Mahasiswa.
Jadi di tempatku kuliah
tercampur dua Lembaga perkuliahan, STID Mohammad Natsir dan L-SIA, Karena L-SIA
belum mempunyai gedung sendiri jadi untuk sementara ini masih berpindah-pindah
tempat, untuk saat ini L-SIA melakukan kerja sama dengan STID Mohammad Natsir,
denger-denger sih selama 2 tahun. Tapi belum tahu pastinya, karena itu urusan
kelembagaan, jadi mahasiswa tidak ikut-ikutan.
Pendidikan di L-SIA hanya
di tempuh selama 1 tahun, dengan muqorror kitab silsilah al-arabiyah 1-4 ,
muqorror ini juga dipakai di LIPIA yang ditempuh selama 2 tahun.
Bagaimana langkah-langkahku dalam belajar bahasa arab dengan waktu
yang cukup singkat? Simak kisah berikutnya.
Bersambung......
0 komentar:
Posting Komentar